Senin, 10 Februari 2014

5 Film Indonesia yang Mendunia


Fenomena perfilman Indonesia memang saat ini sedang menggairahkan, walaupun banyak film dengan genre dan ‘bumbu’ yang sama saling menyikut demi setali uang dan popularitas di pasaran film Indonesia. Namun akhir-akhir ini dunia perfilman Indonesia kembali dikejutkan dengan sebuah kebanggaan dan prestise secara internasional, ketika sebuah film bergenre laga/action berhasil meledak di pasaran internasional, The Raid, sebuah film yang juga menganggkat olahraga beladiri khas Indonesia. Untuk itu berikut uniknya.com merangkum 5 film karya anak bangsa yang sukses di kancah internasional:

1. The Raid

Dunia perfilman Indonesia yang baru saja menghebohkan dunia lewat film the Raid, penayangan perdana di hollywood mendapat sambutan luar biasa dari insan perfilman, bahkan tidak hanya di amerika film tersebut mendapat apresiasi tinggi, di Kanada,Australia yang juga menjadi negara tempat penayangan perdana secara serempak selalu disesaki penonton.

Sebelum beredar di bioskop, ‘the Raid’ yang diproduksi tahun 2011 telah mendulang beragam penghargaan bergengsi di kancah perfilman internasional, seperti Cadillacs People’s Choice Award,di Toronto international film festival 2011, dan the Best Film sekaligus Audience Award di Jameson Dublin International Film Festival 2012. ‘The Raid’ juga ikut serta dalam festival film Sundance 2012, dan menjadi salah satu karya yang paling disukai panitia Sundance.

2. Pintu Terlarang

Gebrakan pada dunia film internasional dilakukan film Indonesia lainnya yakni, pintu terlarang. Sebenarnya film bergenre horor yang dibintangi aktor Fachri Albar ini kurang mendapat apresiasi di Indonesia. Namun film yang dirilis pada tahun 2009 tersebut cukup menerima penghargaan di internasional.
Bahkan ‘Pintu Terlarang’ terpilih dan diputar pada ajang Intenational Film Festival Rotterdam ke 38 pada 21 Januari hingga 1 februari 2009 silam, dan penghargaan cukup membanggakan diraih di Fantastic Film Festival. Dalam festival yang digelar di Korea Selatan 16 hingga 26 Juli tersebut, ‘Pintu Terlarang’ mendapat penghargaan Best of Puchon atau salah satu kategori film terbaik.

Selain Fachri Albar, film ini melibatkan artis ternama lainnya seperti Marsha Timothy, Ario Bayu, Tio Pakusadewo, dan Henidar Amroe, cerita film ini diadapasi dari novel berjudul sama, karya Sekar Ayu Asmara.

3. Daun Di atas Bantal

Film yang kurang diminati di negeri sendiri tapi mendapat apresiasi tinggi di luar negeri juga diterima film daun di atas bantal. Film karya sutradara Garin Nugroho yang diproduksi tahun 1998 ini sempat terhenti pembuatannya akibat krisis ekonomi yang melanda indonesia pada 1987 silam.
Film yang di produksi oleh Christine Hakim tersebut akhirnya diselesaikan di Australia. Film yang mengisahkan seorang ibu dengan tiga anak jalanan itu selesai berkat adanya bantuan dari pihak ketiga, seperti Hubert Bals Fund, NHK, dan lainnya.

Walaupun penggarapannya sempat terhenti, namun film tersebut dianggap memiliki kualitas sebagai film festival secara penggarapan. Terbukti dengan beberapa penghargaan intenasional yang diraih daun di atas bantal.

Pada ajang asia Pacific Film Festival pada tahun 1998, ‘Daun di Atas Bantal’ dinobatkan sebagai film terbaik,dan Christine Hakim sebagai aktris terbaik. Menjadi unggulan dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature film pada Singapore International Film Festival pada 1999. Sementara sutradara Garin Nugroho memperoleh Special Jury Prize pada Tokyo International Film festival 1998.

4. Laskar Pelangi

Film Indonesia lainnya yang mendapat banyak penghargaan internasional yakni Laskar Pelangi. Film yang diadopsi dari novel laris karya Andrea Hirata dengan judul yang sama juga menjadi salah satu film yang diputar pada festival film international fukuoka 2009 di Jepang.

film yang disutradarai Riri Riza itu juga diputar di barcelona asian film festival 2009 di spanyol,singapore international film festival 2009, 11th Udine Far East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009 di Amerika Serikat.

Bahkan studio film di negara seperti, Namibia, Spanyol, Italia, Hongkong, Singapura, Jerman, Amerika, Australia, dan Portugal beramai-ramai menayangkan film tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut.

Setelah rilis pada tahun 2008, ‘Laskar Pelangi’ meraih penghargaan the Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di International Festival of Film for Children dan Young Adults di Hamedan, Iran. Menjadi nominasi film terbaik di Berlin International Film Festival 2009, serta editor terbaik asian film 2009 di Hongkong.

5. Pasir Berbisik

Film Indonesia lainnya yang berhasil mencuri perhatian dunia yakni, ‘Pasir Berbisik’. Film yang disutradarai Nan Achnas ini mengambil latar keindangan Gunung Bromo. Selain ketajaman ide cerita, pesona keindahan alam Gunung Bromo membuat film ini memiliki daya tarik luar biasa.

Belum lagi akting dari aktris senior Christine Hakim dengan aktris muda kala itu, Dian Sastro Wardoyo, dinilai pengamat film di tanah air, membuat ‘Pasir Berbisik’ terasa lebih hidup dan enak dinikmati. Totalitas artis papan atas lainnya seperti, Didi Petet, Dik Doang, Slamet Raharjo, Mang Udel, dan Dessy Fitri memperlihatkan film Indonesia juga memiliki kelas tersendiri.
Setelah cukup mendapat perhatian dari insan film di tanah air, ‘Pasir Berbisik’ mampu meraih penghargaan internasional, seperti Best Cinematography Award, Best Sound Award, dan Jury’s Special Award for Most Promising Director untuk Festival Film Asia Pacifik 2001, artis wanita terbaik, Festival Film Asiatique Deauville 2002. Artis wanita terbaik pada Festival Film Antarbangsa Singapura ke-15.

Minggu, 09 Februari 2014

The Legend of Patin Fish

Folklore from Riau
Once upon a time, lived an old fisherman. His name was Awang Gading and he lived alone. His wife died a long time ago and he did not have any child.
In one morning, Awang Gading was fishing. He hoped he could catch some fish today. Sadly, he was not lucky. It was almost dark but he still did not catch a fish yet. He planned to go home and rowed his sampan to the riverside.When he reached the riverside, he heard a baby cry. He was surprised. It was almost dark and he did not see anyone there. However, he still tried to find the baby. Finally he found the baby! It was a baby girl and she was very beautiful. Carefully, Awang held the baby and brought her home.
In the morning, he told the head of the village about the baby. When the head of the village saw the baby, he said, “You are lucky. The baby is the child of the spirit of the river. Please take care of her.” Awang Gading was very happy. He named the baby girl Dayang Kumunah. He took care of her with great love. Dayang Kumunah grew as a very beautiful and diligent girl. However, there was something strange about her. She never laughed. Dayang Kumunah was so famous for her beauty.
One of the young men who fell in love with her was Awangku Usop. He was a handsome and rich man. He proposed Dayang Kumunah to be his wife. Dayang Kumuna agreed, but he had to promise one thing. He never asked Dayang Kumunah to laugh. Though he felt very strange, Awangku Usop agreed to promise. Then, they got married. Sadly, after they got married, Awang Gading died. Dayang Kumunah was very sad. He loved his father very much.
Days passed by, now Dayang Kumunah and Awangku Usop had five children. Awangku Usop actually wanted to know why Dayang Kumunah never laughed. However, he did not want to break his promise.
Their youngest child was still a toddler. He just learned how to walk. One day, the whole family gathered in the house. They saw the youngest child tried to walk. Everybody was laughing because the child was so funny. Everybody was laughing except Dayang Kumunah. This time Awangku Usop could not hold it anymore. And he broke his promise, he asked his wife to laugh.
“I have told you not to ask me to laugh, why did you break your promise?” Said Dayang Kumunah.
“I am really curious. We have been married for years but I never see you laugh,” said Awangku Usop.
Then Dayang Kumunah did it, she laughed. And when she laughed people could see her fish gills. Dayang Kumunah was so sad. She ran to the river and swam. Awangku Usop and the children followed her. They saw Dayang Kumunah slowly changed into a fish. Awangku Usop was really sad. He already broke his promise.

“Please take care of our children. I am not a human. I am from the river and I will live here,” said Dayang Kumunah. She then changed into a fish. People named the fish as Patin Fish.

For Ms Word can be downloaded here.

Kamis, 06 Februari 2014

Kisah Bunga untuk Ibu

Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kado di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari Ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya di kampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan di kota besar ini. Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata, gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air mata nya hendak meleleh, seperti akan menangis.
Setelah cerita cerita lalu dilantunkan, pria itu lalu bertanya “Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?”
“Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya,” gadis cantik itu melanjutkan, “Seumur hidup, saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu.”
“Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus, kok.” Cerita pria tersebut sambil turut mengamati salah satu karangan bunga.
“Uang saya tidak cukup.”
“Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya.” Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.
Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.
Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.
Setelah memarkir mobil,  pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya. Ibu itu dulu meninggal saat melahirkan gadis itu.
Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.
Siang itu juga, pemuda sukses itu langsung memacu mobilnya.. pulang ke kampungnya.. untuk melihat wajah ibu yang dia rindukan selama ini.. untuk bersujud di bawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya.
Sumber : Geschool.net

Kisah Jangan Sombong

Budi, seorang anak laki-laki SD kelas 3 baru saja memenangkan sebuah medali sebagai pembaca terbaik di kelas. Terbuai oleh kesombongan, ia menyombongkan diri dihadapan pembantu di rumah, “Bibi, coba lihat, jika mau Bibi dapat membaca sebaik saya.” Pembantu itu mengambil buku, memandangnya, dan akhirnya berkata dengan terbata-bata, “Nak Budi, saya tidak bisa membaca.”
Sombong seperti burung merak, anak kecil itu lari ke ruangan keluarga dan berteriak kepada ayahnya, “Yah, Bibi tidak bisa membaca, sedangkan saya meski baru berumur 8 tahun, saya sudah dapat medali untuk kehebatan membaca. Saya ingin tahu bagaimana sih perasaannya, memandang buku tapi tidak bisa membaca.”
Tanpa berkata sepatah pun, ayahnya berjalan menuju rak buku, mengambil satu buku, dan memberinya ke Budi dan berkata, “Bibi merasa seperti ini.” Buku itu ditulis dalam bahasa Jerman dan Budi tidak bisa membaca satu kata pun.
Anak laki-laki itu tidak akan pernah melupakan pelajaran itu sekejap pun. Bila perasaan sombong datang, dia dengan tenang akan mengingatkan dirinya, “Ingat, kamu tidak bisa membaca dalam bahasa Jerman.”
Sumber : Geschool.net

Kisah Pelukis dan Lukisan

Suatu hari ada seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisannya dan lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus. Lukisan ini dipakai pada saat pernikahan putri diana.
Sang pelukis ketika menyelesaikan lukisannya sangat senang dan memandangi lukisan yang berukuran 2×8m dan sambil memandanginya pelukis tersebut berjalan mundur. Ketika berjalan mundur pelukis tersebut tidak melihat ke belakang. Dia terus berjalan mundur dan di belakang adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi bisa mengakhiri hidupnya.
Salah seorang melihat pelukis tersebut dan hendak berteriak untuk memperingatkannya tapi tidak jadi karena dia berpikir sekali dia berteriak pelukis tersebut malah bisa jatuh. Kemudian orang yang melihat pelukis tersebut mengambil kuas dan cat yang ada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai rusak.
Pelukis tersebut sangatlah marah dan maju hendak memukul orang tersebut. Tetapi beberapa orang yang ada di situ menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.
Dari kisah itu bisa kita ambil pelajaran. Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari yang indah. Tetapi lukisan itu kelihatannya dirusak oleh Tuhan, karena Tuhan melihat bahaya yang ada pada kita kalau kita melangkah. Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap Tuhan atau juga terhadap pemimpin kita. Tapi perlu kita ketahui Tuhan selalu menyediakan yang terbaik.
Sumber : Geschool.net